Text Book
Sebiji Pisang Dalam Perut Jenazah
Kusmo bertingkah aneh saat pemakaman Idam. Ia gelisah lalu meninggalkan lokasi sebelum prosesi pemakaman selesai. Tentu saja kelakuan anehnya mendapat perhatian dari temannya. Ternyata ia masih menyimpan dendam ke almarhum. Gara-gara sebuah pisang. Kusmo masih ingat si almarhum pernah mengambil pisangnya tanpa izin di sebuah kenduri. Padahal ia amat menginginkan pisang itu. Oleh temannya, Kusmo disarankan untuk mengikhlaskan dan memaafkan almarhum, tapi dia tidak rela. Di ‘Kami Cemburu’ Shoim mengisahkan kecemburuan sosial di antara guru gara-gara buku paket. Guru-guru yang idealis berharap siswa menggunakan buku paket gratis subsidi negara, tapi guru-guru lainnya menentang. Mereka ngotot menggunakan buku dari beberapa penerbit. Alasannya, mereka memerlukan tambahan penghasilan. Para penerbit itu mau memberikan diskon ke mereka dan sejumlah bonus.
Carut marut dunia pendidikan rupanya menarik perhatian Shoim. Dia menulis tentang penjaga gudang yang sebelumnya guru yang idealis. Karena dianggap terlalu vokal ia dibungkam di gudang sekolah. Namun, ia tetap bekerja dengan sepenuh hati. Malang ia kemudian dipensiunkan. Selain dunia pendidikan, sosial kemasyarakatan dan politik menjadi perhatiannya. Janji Ketua Parlemen dan Tikus Parlemen, misalnya. Bahkan dalam tikus parlemen ia seolah-olah menyamakan makhluk kotor itu dengan sebagian wakil rakyat. Membaca karya Shoim, kita diajak untuk bercermin pada diri sendiri dan masyarakat. Sebuah kritik sosial yang terbungkus karya sastra.
SMEKISA_038686 | 813 SHO s | PerSmekisa (Karya Sastra 7C) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain